INILAH KRONOLOGIS PENEMUAN JASAD YANG MENGAPUNG DI SALURAN AIR JALAN PURWAJAYA PULUTAN

Ahad, 24 November 2019 M - 27 Rabiul Awal 1441 H

Jenazah Amril dishalatkan
di Masjid Nurul Yakin Tigo Alua
Nagari Batu Balang
HAWAALIYNEWS, Limapuluh Kota - Almarhum Amril (49) warga Tigo Alua kenagarian Batu Balang yang jasadnya ditemukan mengapung di saluran air jalan Purwajaya - Pulutan kenagarian Sarilamak pada sore Jum'at (22/11/2019) yang lalu itu ternyata sudah lama mengidap penyakit Epilepsi.

Hal itu diungkapkan oleh warga Tigo Alua ketika ditemui awak media pada penyelenggaraan jenazahnya di masjid Nurul Yakin jorong Tigo Alua nagari Batu Balang. Kec, Harau Kab. Limapuluh Kota, Sumatera Barat Sabtu (23/11/2019).

Sebelumnya beradar video pendek berjudul "Penemuan Mayat di Pulutan, Purwajaya" yang diposting oleh akun Instagram @sudutpayakumbuh pada Jum'at malam (22/11/2019). Akun tersebut menuliskan "Telah ditemukan sesosok mayat laki-laki di Daerah Pulutan, Purwajaya, Kabupaten Limapuluh Kota sekitar pukul 17.00 WIB sore tadi. Belum diketahui penyebab meninggalnya korban yang mengenakan baju kaos berwarna merah dan celana hitam." katanya.

Video tersebut juga ditemukan di situs berbagi video youtube berdurasi 1 menit 17 detik yang diposting oleh chanel @Ayouga Official yang berjudul ""GEMPAR KABUPATEN LIMA PULUH KOTA" Penemuan Mayat Laki Di Pulutan Tanjung pati" dan chanel @Kheyla Ramadhani yang berjudul ""GEMPAR" Penemuan Sosok Mayat Laki2 Di Pulutan Tanjung Pati"

Situasi pemakaman Alm Amril
Informasi yang berhasil dihimpun media ini dari warga Tigo Alua diceritakan bahwa "Amril atau si-Am kesehariannya bekerja sebagai pencari hasil tanaman muda seperti Alpukat, Pisang, Pinang, Coklat.

Ia masuk kampung keluar kampung, masuk parak keluar parak mencari tanaman muda dan kemudian dijualnya ke tauke."

"Si-Am dua kali gagal berumah tangga dan kemudian hidup sendiri meranda, tinggal dengan orang tua dan sanak familinya di Tigo Alua. Dari mantan istri pertamanya di Harau ia memperoleh seorang anak, dan dari mantan istri keduanya di Muaro jorong Katinggian Sarilamak ia beroleh 3 orang anak. Pada sa'at penyelenggaraan jenazahnya mantan istri dan anak-anaknya itu juga ikut datang melayat".

"Kegagalan dalam membina rumah tangga ditambah persoalan yang lain membuatnya jatuh sakit, ia sering kejang-kejang mengidap Ayan (Epilepsi). Pernah beberapa kali penyakitnya kambuh ketika itu ia sedang sarapan pagi makan lontong di warung depan Masjid Nurul Yakin Tigo Alua. Tiba-tiba meja makan bergetar, orang-orang yang duduk di warung itu jadi ketakutan melihat ia kejang-kejang."

"Menjelang akhir hanyatnya si-Am sering menginap di masjid Nurul Yakin Tigo Alua. Shalat Magrib, Isya dan Subuh biasanya ia berada di masjid itu dan siangnya ia keluar mencari tanaman muda."

"Pada hari na'as itu Jum'at (22/11/2019), setelah selesai makan siang di rumah orang tuanya di Tigo Alua sekitar pukul 14.00 Wib.  si-Am nampak oleh tetangga pergi keluar seperti biasa mencari hasil tanaman muda."

"Seorang warga Tigo Alua ketika itu sedang memanen mentimun di jalan Purwajaya - Pulutan (belakang Harau Bangunan) Tanjung Pati. Sejak pukul 15.00 Wib. Ia sudah melihat sepeda motor si-Am tegak di tepi jalan di lokasi kejadian, Sampai tiga kali ia bolak-balik mengantar mentimun dari ladang itu ke rumahnya di Tigo Alua sepeda motor itu masih juga tegak di sana".

"Pukul 17.00 Wib. masyarakat Purwajaya dan sekitarnya heboh dengan penemuan jenazah yang sudah kaku mengapung dalam saluran air di jalan Purwajaya - Pulutan itu. Sampai kemudian polisi datang mengolah TKP. Jenazah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan Visum. Diduga Almarhum meninggal karena tercebur air saat penyakitnya kambuh."

Dikutip dari alodokter.com disebutkan " Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa, hingga hilang kesadaran. Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena beberapa hal. Baik karena kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun kombinasi dari beberapa faktor penyebab tersebut."

Gejala Epilepsi
Kejang merupakan gejala utama penyakit epilepsi yang terjadi saat timbul impuls listrik pada otak melebihi batas normal. Kondisi tersebut menyebar ke area sekelilingnya, dan menimbulkan sinyal listrik yang tidak terkendali. Sinyal tersebut terkirim juga pada otot, sehingga menimbulkan kedutan hingga kejang.

Tingkat keparahan kejang pada tiap penderita epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa detik dan hanya seperti memandang dengan tatapan kosong, atau terjadi gerakan lengan dan tungkai berulang kali.

Penyebab Epilepsi
Kejang pada penderita epilepsi dapat dipicu karena beberapa kondisi, contohnya stres, kelelahan, atau konsumsi obat. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dapat digolongkan menjadi:
  1.     Epilepsi idiopatik, yaitu epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui.
  2.     Epilepsi simptomatik, yaitu epilepsi yang terjadi akibat suatu penyakit yang menyebabkan kerusakan pada otak.
Epilepsi bisa terjadi pada semua usia, baik wanita atau pria. Namun, umumnya epilepsi bermula pada usia anak-anak, atau malah mulai pada saat usia lebih dari 60 tahun. Epilepsi merupakan penyakit saraf yang paling banyak terjadi. Berdasarkan data WHO tahun 2018, sekitar 50 juta penduduk di dunia mengalami gangguan ini.

Diagnosis Epilepsi
Diagnosis epilepsi dapat ditetapkan setelah dokter melakukan pemeriksaan fisik, terutama kondisi saraf pasien, serta serangkaian tes untuk memastikan kondisi yang abnormal pada otak. Setelah epilepsi terdiagnosis, penting untuk memulai pengobatan secepatnya, dengan pengaturan pola makan dan pemberian obat.

Pengobatan Epilepsi
Pemberian obat secara tepat dapat menstabilkan aktivitas listrik dalam otak, serta dapat mengendalikan kejang pada penderita epilepsi. Obat untuk menangani epilepsi adalah obat jenis antiepilepsi.

Komplikasi Epilepsi
Epilepsi yang terjadi pada penderita di tempat-tempat yang tidak terduga, dapat membuat penderita berisiko menderita cedera atau patah tulang akibat terjatuh saat kejang. Selain bahaya cedera, penderita epilepsi dapat mengalami komplikasi seperti epileptikus dan kematian mendadak.*Fitra Yadi - HN
Lebih baru Lebih lama